Slawipos.com – Jateng Siap Capai Target Nasional Penurunan Stunting 14 Persen pada 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak tinggal diam dalam mengatasi masalah stunting. Provinsi ini berkomitmen untuk menurunkan kasus stunting hingga mendekati target prevalensi nasional 14 persen pada 2024.
Komitmen ini terlihat dalam kegiatan Evaluasi Terpadu Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jateng yang diselenggarakan di Grand Artos Hotel &Convention, Magelang, Kamis (12/10/2023).
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan stunting, antara lain Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat dan BKKBN Perwakilan Jateng, lintas Kementerian, BPOM, BPN, Bapanas, pemerintah kabupaten/ kota, dan lain-lain.
Sekda Jateng Sumarno menyampaikan, pihaknya terus berkolaborasi untuk menangani stunting. Ada beberapa hal yang menjadi fokus evaluasi dalam penanganan stunting yang dilakukan.
“Kalau hasil evaluasi, penyebab utama stunting Jateng adalah perilaku. Kan kesadaran. Ini yang program dari DP3AKB adalah Jo Kawin Bocah. Itu (menikah usia dini) masih banyak terjadi,” ucap Sekda, setelah membuka kegiatan.
Selain itu, yang perlu dievaluasi juga adalah pentingnya perilaku kesadaran terkait sanitasi lingkungan, kesadaran mengonsumsi makanan bergizi. Selain itu masih belum maksimalnya penggunaan alat antropometri, yakni alat yang berfungsi mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang dan tinggi badan, lingkar lengan atas dan kepala.
Menurutnya, pemerintah pusat telah mengirimkan antropometri untuk ribuan posyandu. Hasil evaluasi alat itu ternyata masih butuh sosialisasi pelatihan kepada operator alat di posyandu.
Ditambahkan, Pemprov Jateng telah mengeluarkan program inovasi penanganan stunting, meliputi kegotongroyongan. Ada Jogo Tonggo, Jogo Konco, FK Mitra, dan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Semuanya merupakan bentuk kepedulian dari sesama.
“Program penanganan stunting efektif karena angkanya menurun,” jelasnya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka stunting di Jawa Tengah yakni 20,8 persen atau mengalami penurunan sekitar 0,1 persen dibandingkan 2021 lalu.
Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN Pusat Widwiono mengatakan, pihaknya sengaja melakukan evaluasi di Jateng. Karena, menurutnya, di Indonesia ada sekitar 14 provinsi yang menjadi sasaran khusus, salah satunya di Jateng.
“Jateng sebetulnya sudah di bawah nasional, cuma karena jumlah penduduk banyak. Sehingga sasarannya banyak. Maka Jawa, termasuk Jawa Tengah itu menjadi sasaran percepatan prioritas penurunan stunting. Karena jumlah penduduk banyak,” paparnya.
Ditambahkan, BKKBN pusat berharap stunting di Jateng akan turun sekitar 3,8 persen. Ia optimistis hal itu akan terwujud. Mantan Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah ini melihat kegiatan yang dilakukan di lapangan secara maksimal, membuatnya optimistis penurunan kasus akan tercapai.
Widwiono mengatakan, sejak kemarin hingga hari ini ada 15 rekomendasi yang diarahkan kepada peserta rapat, baik itu dari pusat maupun peserta rapat dari daerah. Tapi secara umum ada beberapa hal. Yakni, mengupayakan penggunaan big data atau satu data. Karena masing-masing kementerian itu menggunakan macam-macam aplikasi.
Rekomendasi selanjutnya tentang alat yang digunakan untuk penurunan stunting itu ada dua, yaitu antropometri dan USG. Secara keseluruhan kebutuhan antropometri itu 95 persen tercukupi dari 35 ribu unit posyandu. Hanya tinggal sedikit. Itu pun masih ada waktu untuk diupayakan.
Sedangkan USG tinggal beberapa puskesmas saja yang belum dan saat ini dalam tahapan pengadaan yang sebagian besar sudah dilakukan dan dievaluasi.***