Seribu Tumpeng untuk Maulid Nabi, Warga Kaloran Tunjukkan Kerukunan Antar Umat Beragama

Seribu Tumpeng untuk Maulid Nabi, Warga Kaloran Tunjukkan Kerukunan Antar Umat Beragama

Temanggung – Seribu Tumpeng untuk Maulid Nabi, Warga Kaloran Tunjukkan Kerukunan Antar Umat Beragama, Warga Desa Kaloran, Kecamatan Kaloran, Temanggung, menggelar acara Grebek Maulud seribu tumpeng di Masjid Gede Kauman, pada Kamis (5/10/2023) siang. Acara ini merupakan tradisi Jawa untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yang menarik, acara ini diikuti oleh umat beragama dan berkepercayaan yang berbeda-beda di daerah tersebut.

Ketua Panitia Ahmad Syarif Yahya mengatakan, acara ini menunjukkan kerukunan, kebersamaan, dan toleransi antara umat Islam, Buddha, Kristen, Katholik, dan Sapto Darmo yang hidup di Kecamatan Kaloran. Ia mengatakan, kecamaan Kaloran merupakan masyarakat plural yang memiliki banyak tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan vihara.

“Kami bersyukur bahwa kami bisa hidup rukun dan saling menghormati di sini. Grebek Maulud ini adalah salah satu cara kami untuk nguri-nguri budaya dan tradisi Jawa yang menghargai kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ini juga sebagai media untuk ukhuwah wathoniyah atau persaudaraan sesama warga negara,” kata Ahmad Syarif Yahya.

Baca Juga :   Layanan Dokumen Kependudukan Online di Temanggung, Tak Perlu ke Kantor Dindukcapil

Ia menjelaskan, Grebek Maulud seribu tumpeng ini berbeda dengan acara ritual khusus yang digelar pada Kamis malam di Masjid Gede Kauman. Acara ritual khusus itu hanya untuk warga muslim saja. Sedangkan Grebek Maulud seribu tumpeng ini terbuka untuk semua warga Desa Kaloran dan sekitarnya.

Camat Kaloran Yuli Riastiana mengapresiasi panitia dan warga yang telah mengadakan acara ini. Ia mengatakan, acara ini membuktikan adanya kerukunan, harmonisasi, dan toleransi warga. Ia juga mengatakan, warga sangat antusias dalam mengikuti acara ini.

“Ini adalah contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia yang majemuk. Kami berharap, kegiatan seperti ini bisa meningkatkan ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat Islam dan ukhuwah wathoniyah atau persaudaraan sesama warga negara. Kami juga berharap, kami bisa tetap cinta pada NKRI,” ujar Yuli Riastiana.***