Slawipos.com – Musim Dingin di Australia Bikin Jogja Bedhidhing, Suhu Turun Sampai 16 Derajat, Warga Jogja dan sekitarnya merasakan udara yang lebih dingin dari biasanya dalam beberapa hari terakhir. Suhu udara di wilayah ini turun hingga 19 derajat celcius, bahkan di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 16 derajat celcius. Fenomena ini dikenal dengan istilah bedhidhing.
Stasiun Meteorologi Yogyakarta mengungkapkan bahwa penyebab bedhidhing ini adalah adanya angin monsun dari Benua Australia yang sedang mengalami musim dingin. Angin monsun ini membawa massa udara dingin dan kering yang bergerak ke Benua Asia dan melewati wilayah Indonesia.
“Jadi massa udara dinginnya melewati wilayah Indonesia juga, jadi suhu minimum di wilayah DIY umumnya Pulau Jawa bisa lebih dingin dari kondisi normalnya,” kata Analis Cuaca Stasiun Meteorologi Yogyakarta, M.Nurhadi, Jumat (21/7/2023).
Selain itu, kondisi cuaca yang cerah tanpa awan juga mempengaruhi suhu udara. Karena tidak ada awan yang menahan radiasi bumi, maka suhu udara menjadi lebih dingin saat malam dan dini hari.
“Hal ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca di wilayah DIY sejak lima terakhir cenderung cerah terutama saat dini hari, di mana di waktu-waktu itu mencapai suhu minimum. Karena cerah, sehingga radiasi bumi yang dipancarkan bumi pada malam hari itu langsung terlepas ke atmosfer,” jelas Nurhadi.
Nurhadi menambahkan bahwa fenomena bedhidhing ini normal dan rutin terjadi setiap tahunnya saat musim kemarau. Ia tidak menemukan adanya anomali cuaca yang berbahaya.
“Musim kemarau kan biasanya mulai bulan Juni sampai Agustus. Nah puncaknya nanti (suhu minimum) terjadi saat Agustus. Kemudian September sudah mulai peralihan ke musim hujan, jadi suhunya lebih hangat,” ucapnya.
Nurhadi mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengenakan pakaian hangat saat beraktivitas di luar rumah. Ia juga mengingatkan agar tetap waspada terhadap potensi bencana alam seperti kebakaran hutan dan lahan akibat kemarau.