Slawipos.com – Kementrian Perdagangan menyebut Harga Cabai di Sejumlah Daerah Mulai Turun, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan bahwa harga dari kebutuhan pokok seperti cabai terus mengalami penurunan. Saat melakukan kunjungan ke Lampung, harga cabai dijual seharga Rp40.000 per kilogram dan bahkan di Jawa Tengah harganya mencapai Rp35.000 per kilogram.
“Saya kemarin ke Lampung Rp40.000 per kilogram, tapi di Jawa Tengah cabai rawit Rp35.000, saya pergi ke Kendal Rp35.000 untuk cabai rawit,” kata Mendag Zulkifli Hasan saat ditemui di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (11/1).
Mendag menjelaskan, kenaikan harga kebutuhan pokok memang sudah biasa terjadi jika permintaan meningkat, maka harganya pun dinaikkan oleh penjual. Begitupun sebaliknya, jika permintaan menurun harga juga ikut turun.
“Ayam bertelur hari ini dijualnya besok, kalau permintaan banyak harga naik, permintaan turun langsung turun. Ayam dijual hari ini dijual hari ini kalau pagi harga ayam mahal, dan siang lebih murah. Cabai begitu, kalau panen dijualnya besok maka lusa sudah busuk,” ujarnya.
Menanggapi masalah harga yang tidak stabil, pemerintah telah menciptakan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk mengatur stok kebutuhan pangan agar dapat dikontrol. Namun, saat ini baru mampu menjamin stok beras saja, sementara komoditas pangan lainnya belum terpenuhi.
“Yang baru bisa kita stok itu baru beras. Kita sudah gak impor beras 3 tahun, karena harga beras naik maka bulog menghabiskan stoknya dengan harga murah Rp 9000,” katanya.
Sebagai informasi, Bulog memang menargetkan impor beras sebanyak 500.000 ton untuk mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Dari total tersebut, Bulog telah melakukan impor beras 200.000 ton pada 2022 yang berasal dari Thailand Vietnam, Pakistan, Myanmar.
Beras impor tersebut, nantinya ditujukan untuk operasi pasar agar harga beras stabil di masyarakat. Kemudian sisanya 300.000 ton rencananya akan dilakukan impor pada akhir Februari, sehingga pada masa panen di dalam negeri, Bulog bisa menyerap beras petani.
“Impor beras sampai Januari, karena Februari- Maret sudah panen,” pungkas Mendag.